Ratusan Mahasiswa Bali Demo Tolak Kurikulum 2013
"Bahasa Bali haus dipertahankan karena merupakan taksu dan kebanggaan masyarakat Bali"
Ragam - Oleh : Arnold Dhae
|
17 - Jan - 2013 12:03:11
|
Denpasar (beritadewata.com) - Ratusan mahasiswa dari berbagai universitas di Bali menggelar aksi unjuk rasa. Aksi demonstrasi yang dipusatkan di Gedung DPRD Bali itu dimaksudkan untuk menolak kurikulum 2013, salah satunya adalah pengintegrasian muatan lokal dengan seni budaya.
Ratusan mahasiswa yang menamakan diri Aliansi Peduli Bahasa Daerah se-Bali itu menyemuti taman DPRD Bali sejak pukul 10.00 WITA. Mereka meneriaki yel-yel penolakan sembari membentengkan sejumlah spanduk. Korlap aksi, I Nyoman Suka Ardiyasa menjelaskan, penggabungan bahasa daerah ke dalam mata pelajaran seni budaya berdampak pada kepunahan bahasa Bali. "Dengan pengabungan tersebut, kepunahan bahasa Bali semakin dekat, karena terjadi pengkaburan bahasa Bali," kata dia, Kamis (17/1).
Ia melanjutkan, bahasa Bali yang masih hidup hingga kini tetap dan harus dipertahankan. "Jam mata pelajaran bahasa Bali berkurang. Dan ini mengancam bahasa Bali dan keberadaan budaya Bali dalam bahasa Bali itu lah bisa dipelajari budaya Bali," imbuh Ardiyasa.
Menurutnya, bahasa Bali haus dipertahankan karena merupakan taksu dan kebanggaan masyarakat Bali. "Dari kecil saya mengunakan bahasa Bali. Kalau sampai dihapus, artinya mengganti identitas orang Bali. Kita tidak mau bahasa Bali diganti bahasa lain," tegas Ardiyasa.
Dalam selebaran tuntutan yang dibagikan, aliansi memandang jika pemahaman terhadap budaya lokal menurun, maka pelestarian bahasa daerah tidak maksimal. Mereka juga menyebut jika bahasa Bali merupakan media pengungkapan kebudayaan Hindu Bali. Artinya, jika bahasa Bali hilang maka simbol-simbol budaya juga akan hilang. Dengan membawa spanduk bertuliskan "jangan jadikan kami korban kurikulum", "hidup di Bali mati di Bali" dan lainnya, ribuan mahasiswa yang didampingi dosen mereka itu diajak berdialog dengan anggota DPRD Bali.
Ketua Komisi IV DPRD Bali, Nyoman Parta sepakat dan berjanji akan memperjuangkan aspirasi mereka.
Ratusan mahasiswa yang menamakan diri Aliansi Peduli Bahasa Daerah se-Bali itu menyemuti taman DPRD Bali sejak pukul 10.00 WITA. Mereka meneriaki yel-yel penolakan sembari membentengkan sejumlah spanduk. Korlap aksi, I Nyoman Suka Ardiyasa menjelaskan, penggabungan bahasa daerah ke dalam mata pelajaran seni budaya berdampak pada kepunahan bahasa Bali. "Dengan pengabungan tersebut, kepunahan bahasa Bali semakin dekat, karena terjadi pengkaburan bahasa Bali," kata dia, Kamis (17/1).
Ia melanjutkan, bahasa Bali yang masih hidup hingga kini tetap dan harus dipertahankan. "Jam mata pelajaran bahasa Bali berkurang. Dan ini mengancam bahasa Bali dan keberadaan budaya Bali dalam bahasa Bali itu lah bisa dipelajari budaya Bali," imbuh Ardiyasa.
Menurutnya, bahasa Bali haus dipertahankan karena merupakan taksu dan kebanggaan masyarakat Bali. "Dari kecil saya mengunakan bahasa Bali. Kalau sampai dihapus, artinya mengganti identitas orang Bali. Kita tidak mau bahasa Bali diganti bahasa lain," tegas Ardiyasa.
Dalam selebaran tuntutan yang dibagikan, aliansi memandang jika pemahaman terhadap budaya lokal menurun, maka pelestarian bahasa daerah tidak maksimal. Mereka juga menyebut jika bahasa Bali merupakan media pengungkapan kebudayaan Hindu Bali. Artinya, jika bahasa Bali hilang maka simbol-simbol budaya juga akan hilang. Dengan membawa spanduk bertuliskan "jangan jadikan kami korban kurikulum", "hidup di Bali mati di Bali" dan lainnya, ribuan mahasiswa yang didampingi dosen mereka itu diajak berdialog dengan anggota DPRD Bali.
Ketua Komisi IV DPRD Bali, Nyoman Parta sepakat dan berjanji akan memperjuangkan aspirasi mereka.
sumber
http://pendidikan.beritadewata.com/berita/Ragam/Ratusan-Mahasiswa-Bali-Demo-Tolak-Kurikulum-2013.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar