Bali Mamuja

berisikan catatan tentang dinamika budaya Bali

Sabtu, 27 April 2013

Bebek Putih Jambu


 
Menganalisis Sekar Rare
Bebek Putih Jambul
Bebeke putih jambul
Seekor bebek putih
Makeber  ngaja kanginang
Terbang keselatan diujung timur
Neked kaja kangin,
Sesampainya diselatan ujung timur
Briak-briuk masileman
Mandi, berenang sambil menyelam


Analisisnya  : ketika manusia sudah memasuki Wanaprasta apalagi sudah “Biksuka”, disini disimbulkan berbaju putih dan mejambul (ciri seorang Pandita dengan rambut diikat di-ubun-ubun) atau simbolis bagi yang ingin menapak ajaran kerohanian, maka jiwa dan raga harus sepenuhnya diarahkan kepada pemujaan Hyang Widhi (Arah Kaja Kangin/tenggara adalah salah satu arah sakral ). Arah mata-angin ini simbolis saja karena kalau dikaitkan dengan “Dewata Nawa Sanga”, maka segala arah mata-angin ada stana Dewa. “Sriyak-sriyuk mesileman” melambangkan aktifitas kita yang menikmati hal tersebut bukan karena terpaksa, keiklasan ini modal dasar jika kita mau memasuki/menapak jalan spiritual. Dengan lagu ini kita juga memperoleh pemahaman, bahwa leluhur kita mengajarkan etika dan tattwa dengan mengkombinasikan kedalam “Seni budaya”, maka Tattwa (ajaran agama) dan budaya saling mengikat tidak bertentangan.
(Bahan Ajar Semester I Brahma Widya IHDN Denpasar)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text